Cinta Yang Terlupa

Katanya kan, kalau orang sudah benar-benar cinta…mereka akan menomorsatukan aksi di atas janji-janji yang tak tau kapan akan ditepati, yaaah atau malah menyublim hingga basi.

Dan di hidup kami kini, baru sungguh-sungguh kami sadari bahwa petuah itu tidak lagi menjadi sebatas ‘katanya’. Ternyata memang benar-benar ada orang yang menyampaikan bahasa cinta kepada orang yang dicintainya tanpa kata, melainkan aksi nyata.

Ialah, bapak dan ibu, orang tua kami…yang benar-benar mahir menunjukkan cinta kepada kami tanpa perlu beretorika.

Bapak dan ibu pandai menutupi segala keluh dengan senyum yang melengkung utuh. Bapak dan ibu lihai menyembunyikan peluh dengan kesiap-siagaan yang selalu penuh.

Nyata cinta tak pernah bapak dan ibu gadaikan dengan janji manis belaka. Kasih sayang tak pernah bapak dan ibu garansikan dengan nasihat kosong tak bermakna. Namun, semuanya sering luput dari perhatian kami.

Meski tak selalu hebat, tapi bahasa cinta bapak dan ibu selalu tersampaikan dengan sempurna. Meski tak selalu mengagumkan, tapi tulus perhatian bapak dan ibu selalu hadir melegakan jiwa. Meski tak selalu dekat, tapi radar kasih bapak dan ibu selalu terasa nyata.

Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu berkata, “Aku bertanya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling utama?’ Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya).’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab: ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Aku bertanya lagi: ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab, ‘Jihad di jalan Allah’

Mungkin kami terlambat menyadari dan memahami keagungan bahasa cinta ini. Dan, sesungguh apapun usaha kami membalas, tak akan pernah kami mampu menyamai bahasa cinta yang bapak dan ibu suguhkan untuk kami.

Usaha terbaik yang bisa kami lakukan adalah menjadi anak sholeh/sholeha yang tak segan melangitkan do’a baik untuk kebaikan diri serta kemaslahatan bapak dan ibu di dunia dan di akhirat.

Upaya terbaik yang bisa kami sajikan untuk membanggakan bapak dan ibu adalah menjadi anak yang tak hanya peduli pada kebahagiaan kami sendiri namun juga pada kebahagiaan bapak dan ibu.

Mungkin kami terlambat, iya, tapi semoga waktu kami masih cukup untuk menjadi sebaik-baiknya investasi bagi bapak dan ibu di dunia dan di akhirat.

Maaf jika cinta yang bapak dan ibu suguhkan sering terlewat dari perhatian kami. Maaf jika kecemasan yang bapak ibu rasakan sering luput dari kesadaran kami.

••

Semoga bapak dan ibu tidak lelah meridhai langkah kami dan mendo’akan kami agar kami senantiasa berada dalam rohmah Allah, sehingga kami tak lelah untuk senantiasa belajar dan menguak rahasia-rahasia cinta lainnya yang bapak dan ibu gemar simpan rapat-rapat.

“Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya” [Al-Isra : 23]

“Wahai Rabb-kami, kasihilah keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik kami sewaktu kecil.”

••

Untuk bapak dan ibu, yang cinta dan kasih sayangnya sering terlupa…
dari kami, anak-anak yang bapak ibu banggakan namun kerap mengecewakan.


Leave a comment